Dampak Makan Terlalu Cepat Pada Kenaikan Berat Badan
Hati-hati ini dampak makan terlalu cepat menjadikan kenaikan berat tubuh - Para peneliti yang telah mempelajari sikap masakan telah menemukan bahwa makan terlalu cepat mungkin berkontributor penting untuk menjadi gemuk. Cepat lambatnya seseorang makan memengaruhi berat tubuh orang tersebut.
Makan terlalu cepat sebelumnya telah dikaitkan dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi, berdasarkan Prof Hiroyasu Iso dari Universitas Osaka, Jepang, dan rekannya dalam sebuah artikel di situs British Medical Journal. Menurut penelitian di Jepang, orang yang makannya cepat mempunyai potensi berat badannya naik.
Tim memeriksa faktor-faktor ini terhadap 3.287 orang laki-laki dan perempuan di Jepang yang berusia 30 hingga 69 tahun. Sekitar 33 persen laki-laki dan 22 persen perempuan yang kelebihan berat tubuh (indeks massa tubuh 25 atau lebih tinggi). Para akseptor diberi kuesioner untuk merekam kebiasaan diet mereka, termasuk "makan hingga penuh" dan kecepatan makan.
Lebih dari setengah perempuan (58 persen) dan laki-laki (51 persen) menyampaikan bahwa mereka makan hingga penuh.
Dalam studi tersebut, ini mengacu makan pada "jumlah besar masakan dalam satu kali makan." Hasilnya yaitu setengah dari laki-laki (46 persen) dan lebih dari sepertiga (36 persen) dari perempuan mereka makan terlalu cepat. Untuk kedua jenis kelamin, makan hingga penuh dan makan cepat berafiliasi konkret dengan berat badan, indeks massa tubuh dan asupan total energi.
Para peneliti memperkirakan bahwa kombinasi makan cepat dan makan hingga penuh lebih dari tiga kali lipat berpotensi pada risiko kelebihan berat badan. Perhitungan ini mengambil dan mempertimbangkan usia, asupan alkohol, merokok, pekerjaan dan olahraga teratur.
Mereka menyimpulkan: "Kombinasi dari dua sikap makan mempunyai substansial dan efek aditif pada kelebihan berat badan. Obesitas atau kelebihan berat tubuh merupakan faktor risiko penting untuk gaya hidup yang tidak sehat, dan telah dikaitkan dengan banyak sekali penyakit menyerupai kanker , penyakit jantung, dan diabetes. "
Para jago menunjukkan bahwa studi sebelumnya menunjukkan "dasarnya tren yang sama," yaitu, hubungan antara kecepatan makan dan indeks massa tubuh, berat tubuh dan asupan total energi. Tapi mereka meminta lebih banyak riset untuk memverifikasi hubungan lantaran akibat.
Penelitian lainnya, yang dilakukan para jago mereka menganalisis terhadap 23 studi. Hasilnya orang yang makan cepat cenderung berisiko dua kali mengalami obesitas dibandingkan orang yang makan perlahan-lahan.
Ada beberapa faktor yang menjadikan hal itu terjadi. Pertama, semakin usang masakan berada di mulut, semakin memicu sensor di pengecap dan rongga lisan mengirim sinyal kenyang ke otak menyerupai diungkapkan Kathleen Melanson dari University of Rhode Island, Amerika Serikat. Melanson tidak terlibat dalam penelitian ini namun mempelajari kecepatan makan dan berat badan.
Lalu, dikala mengunyah masakan sanggup menciptakan tubuh melepaskan histamin dalan saraf. Ini yang memberitahu pesan ke otak bahwa 'saya sudah kenyang'. Ketika otak sudah mendapatkan sinyal kenyang, akan cenderung menurunkan asupan kalori yang masuk.
Selain itu, ketika makan perlahan-lahan gula darah mengontrol nafsu makan. Sayangnya tidak ada angka niscaya seberapa usang harus mengunyah masakan dalam setiap sendokan.
Baca Juga "Cemilan Terbaik Untuk Menurunkan Berat Badan".
Makan terlalu cepat sebelumnya telah dikaitkan dengan indeks massa tubuh yang lebih tinggi, berdasarkan Prof Hiroyasu Iso dari Universitas Osaka, Jepang, dan rekannya dalam sebuah artikel di situs British Medical Journal. Menurut penelitian di Jepang, orang yang makannya cepat mempunyai potensi berat badannya naik.
Tim memeriksa faktor-faktor ini terhadap 3.287 orang laki-laki dan perempuan di Jepang yang berusia 30 hingga 69 tahun. Sekitar 33 persen laki-laki dan 22 persen perempuan yang kelebihan berat tubuh (indeks massa tubuh 25 atau lebih tinggi). Para akseptor diberi kuesioner untuk merekam kebiasaan diet mereka, termasuk "makan hingga penuh" dan kecepatan makan.
Lebih dari setengah perempuan (58 persen) dan laki-laki (51 persen) menyampaikan bahwa mereka makan hingga penuh.
Dalam studi tersebut, ini mengacu makan pada "jumlah besar masakan dalam satu kali makan." Hasilnya yaitu setengah dari laki-laki (46 persen) dan lebih dari sepertiga (36 persen) dari perempuan mereka makan terlalu cepat. Untuk kedua jenis kelamin, makan hingga penuh dan makan cepat berafiliasi konkret dengan berat badan, indeks massa tubuh dan asupan total energi.
Para peneliti memperkirakan bahwa kombinasi makan cepat dan makan hingga penuh lebih dari tiga kali lipat berpotensi pada risiko kelebihan berat badan. Perhitungan ini mengambil dan mempertimbangkan usia, asupan alkohol, merokok, pekerjaan dan olahraga teratur.
Mereka menyimpulkan: "Kombinasi dari dua sikap makan mempunyai substansial dan efek aditif pada kelebihan berat badan. Obesitas atau kelebihan berat tubuh merupakan faktor risiko penting untuk gaya hidup yang tidak sehat, dan telah dikaitkan dengan banyak sekali penyakit menyerupai kanker , penyakit jantung, dan diabetes. "
Para jago menunjukkan bahwa studi sebelumnya menunjukkan "dasarnya tren yang sama," yaitu, hubungan antara kecepatan makan dan indeks massa tubuh, berat tubuh dan asupan total energi. Tapi mereka meminta lebih banyak riset untuk memverifikasi hubungan lantaran akibat.
Penelitian lainnya, yang dilakukan para jago mereka menganalisis terhadap 23 studi. Hasilnya orang yang makan cepat cenderung berisiko dua kali mengalami obesitas dibandingkan orang yang makan perlahan-lahan.
Ada beberapa faktor yang menjadikan hal itu terjadi. Pertama, semakin usang masakan berada di mulut, semakin memicu sensor di pengecap dan rongga lisan mengirim sinyal kenyang ke otak menyerupai diungkapkan Kathleen Melanson dari University of Rhode Island, Amerika Serikat. Melanson tidak terlibat dalam penelitian ini namun mempelajari kecepatan makan dan berat badan.
Lalu, dikala mengunyah masakan sanggup menciptakan tubuh melepaskan histamin dalan saraf. Ini yang memberitahu pesan ke otak bahwa 'saya sudah kenyang'. Ketika otak sudah mendapatkan sinyal kenyang, akan cenderung menurunkan asupan kalori yang masuk.
Selain itu, ketika makan perlahan-lahan gula darah mengontrol nafsu makan. Sayangnya tidak ada angka niscaya seberapa usang harus mengunyah masakan dalam setiap sendokan.
Baca Juga "Cemilan Terbaik Untuk Menurunkan Berat Badan".